GAYA HIDUP | URBAN

Manusia Bertanya, Mesin Menjawab

HilariusJourney.wordpress.comVIRA yang diajak bercakap-cakap oleh Zulfikar ternyata bukanlah seorang manusia, melainkan chatbot atau program computer yang memiliki kemampuan bercakap-cakap. Vira adalah kependekan dari virtual assistant dan merupakan layanan BCA yang menyampaikan informasi dan promo terbaru serta transaksi perbankan.

“Vira ini artificial intleginece (kecerdasan buatan) yang masih berada pada tahap perbaikan dan pengembangan. Kami mencoba mengembangkan layanan ini lebih detail,” ujar Direktur PT BCA Santoso.

Dengan Vira, nasabah tidak perlu datang ke kantor bank atau ATM untuk layanan ertentu yagn telah mampu dilakukan Vira. Cukup melalui ponsel, nasabah sudah bisa mengakses informasi, lokasi ATM terdekat, kurs saat ini, cek saldo, tagihan kartu kredit, bahkan mendaftar kartu kredit dan KPR secara daring.

Layanan ini dapat diakses melalui aplikasi percakapan (chat) populer, seperti Facebook Messenger, Line, dan Kaskus Chat, hanya dengan menambahkan akun resmi Bank BCA. Dengan layanan ini, diakui Santoso, memang ada tugas manusia yan digantikan. Dalam hal ini, para pegawai tersbut kemudian diahlihkan untuk mengerjakan tugas lain.

Chatbot seperti Vira sebenarnya merupakan program computer yang mampu membaca pesan, seperti e-mail, teks, dan percakapan. Kemampuan itu dimungkinkan dengan adanya kecerdasarn buatan atau artificial intelignece. Kecerdasan buatan secara umum adalah ilmu dan rekayasa membuat mesin yang cerdas, khususnya program computer yang cerdas. Terkait Big Data, kecerdasan buatan biasanya dimanfaatkan untuk membuat produk yang membutuhkan otomatisasi dari data. Misalnya, perangkat lunak utnuk memprediksi data yang jumlahnya banyak secara otomatis.

manusia bertanya 1
Teguh Nugraha, Data Scientiest Lead Bukalapak, di salah satu ruangan bukalapak, Rabu (10/5).

Dalam bidang perbankan atau kepegawaian, kecerdasan bautan bisa dimanfaatkan untuk mencari dan membandingkan data karyawan guna mencari siapa yagn layak jadi pemimpin cabang, seperti diungkapkan jos Luhukay dari Partner Arghajata Consulting.

“Kriteria tinggal dimasukkan, lalu data akan diperbandingkan. Dengna cepat akan ditemukan siapa yang memenuhi kelayakannya,” ujar Jos.

Contoh lain, kecerdasan buatan dimanfaatkan untuk membuat profil wajah tersangka oleh kepolisian, misalnay berdasarkan ingatan atu penuturan saksi.

Contoh lain dari penerapan kecerdasan buatan adalah seperti yang dikembangkan Dailysocial.id dengan Summarizer-nya, yakni platform internal untuk emnyarikan informasi menjadi yang penting-penting saja. Pendiri dan Chief Executive Dailysocial.id Rama Mamuaya mencontohkan cara ekrja Summarizwr untuk membantu kerja jurnalis.

“Para wartawan kerap mendapat belasdan bahkan ratusan rileis pers lewat e-mail. Tetapi, hanya sekitar 5% informasi dari rilis pers ini yang digunakan sebagai berita atau artikel. Summarizer mampu mengambil hanya tiga kalimat penting dari 10 paragraf yang ada,” tutur Rama.

Summarizer paham bahasa Indonesia sehingga mengerti rilis pers yang diterima Dailysocial.id. DEngan demikian, jurnalis tidak perlu datang kea car konferesnsi pers. Mereka bisa mengalihkan waktu, tenaga, dan pikirannya utnuk kerja-kerja investigative atau analitik.

Dalam skala yang lebih ringan, ketika kita melakukan swafoto megngunakan kamrea ponsel yang dengan sendiririnya memfokuskan bidikan berupa indicator kotak di layar, atau failitas tandai nama teman di Facebook, atau klsifikasi e-mail sebagai spam atau bukan, itu merupakan contoh kerja kecerdasan buatan.

Implementasi kecerdasan buatan lain yang sudah sangat akrab dala mkehidupan sehari-hari adalah rekomendasi tatuaran ketika ktia membuka portal berita seperti Kompas.id. misalnya, jika kita membaca artike l”Membangun industry kreatif bersama mantan narapidana”, di bagia nbawah artikel tersebut kita akan disuguhi rekomendasi tautan berita terkait, seperti “Atasi Kelebihan Penghuni di Penjara” atau “Potensi Narapidana Dimanfaatkan”

aktivitas masyarakat pengguna internet di dunia maya jika dikumpulkan menjadi data yang sangat banyak. Data besar (Big Data) tersebut berisi data diri pengguna, seperti nama, tempat tinggal, tanggal lahir, dan hobi. Selain itu, system digital juga menyimpan status, komentar, unggahan foot atau viedo ,dan aktivitas lainnya. Melalui ‘big data’, pola ekonomi, sosial, dan kumunikasi individu-individu masyarakat dapat diteliti dan memiliki nilai bisnis t inggi. Namun kita banyak yang tidak menyadari hal tersebut, yaitu bahwa segal aktivitas yagn kita lakukan di dunia maya terekam oleh computer dan menjadi seubah pola tertentu. Tentu saja, peluang eksploitasi dan penyalahgunaan terbuka. Keadaan ini perlu menjadi perhatian masyarakat dan penyedia jasa berbasis daring, mengingat intensitas pergguna internet yang sedemikian tinggi.

 

Memudahkan manusia

Aktifitas di Kantor Dattabot
Teguh Nugraha, Data Scientiest Lead Bukalapak, di salah satu ruangan bukalapak, Rabu (10/5).

Dengan demikian, pekerjaan memilihkan berita ini tidak perlu dilakukan secara manual. Kebanyakan kecerdasan buatan memang ditujukan untuk memudahkan kerja manusia. Dalam beberapa hal bahkan mampu menggantikan peran manusia, seprti kasus chatbot di atas atau pekerjaan riset.

“Di kami, kecerdasan buatan dimanfaatkan utnuk memberi tawaran dan pengalamn terbaik baig pemakai aplikasi dan situs kami,” ujar Ainun Najib, Head of Data Traveloka.

Pihaknya, menruut Ainun, memilih tidak menggunakan chatbot untuk melayani pelanggan mengingat karakteristik konsumen yang dilayani. Sebagai gantinya, mereka mengoptimalkan peran machine learning dan deep learining yang mrerupakan baigan dari kecerdasan buatan untuk melayani pelanggan.

Misalnya, seseorang mengunjungi situs Traveloka untuk emngetahui tariff penerbagnan ke Tokyo. Namun, saat itu, ia tidak langsung membeli tiket karena sekedar mengecek. Lain kali, Traveloka akan mengirimkan pemberitahuan berupa e-mail, pengingat, atau push notification kepada pelanggan tesebut jika muncul harga terbaik ke Tokyo.

Bekerjasama dengan Kuhumonline.com, Dattabot memanfaatkan kecerdadsan buatan untuk mesin pencari dalam bidang hukum. Mesin ini mempermudah dan mempersingkat proses riset peraturan hukum.

“Aplikasi ini sesimpel mesin pencari. Mesin pun mulai belajar bahas manusia sehari-hari. Yang disingkat-singkat pun dipahami,” ujar Regi Wahyu, Chief Executive Officer Dattabot.

Mesin semacam ini memudahkan orang-orang seperti Heriyono Adi Anggoro (35) yang membutuhkan risert produk-produk hukum untuk menyusun tulisannya. Ketika hendak mendalami  tetnang Undang-Undang Ormas, dala msekeja Heriyono yang juga bekerjas ebagai tenaga ahli di Badan Kerja Sama Antarparlemen ini tinggal mengklik kata kunci di mesi pencari, salah satunya pada Hukumonline.com. ini berbeda ketika dahulu ia harus mencarinya secara manual. Butuh waktu lama untuk mengakses berbagai perpustakaan agar bisa membaca undang-undang atau turunannya.

Kemudahan pula yang dikejar ketika tim Teknologi dan Informasi Kompas membangun aplikasi pemetaan isu (issue mapping) untuk emmbantu kerja Divisi Penelitian dan Pengembangan Kompas. Bayangkan, bebarap lama waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk memetakan isi yang muncul di berbagai media, mislany pada media daring. Dengan bantuan aplikasi tersebut, menurut Senior Programmer Rokmat PN dan peneliti Litbang Kompas, Suwardiman ,dalam sekejap pihaknya sudah bisa mendapat hasil pemetaan dari sejumlah portal berita daring yang diinginkan. “Biasanya kam idibnatu emapt orang. Dengna bantuan aplikasi itu kelak, jumlah tenaga bisa dikurangi dan dialihkan untuk tugas yang lebih produktif,” ucap Suwardiman.

Isu pergeseran peran manusia oleh teknoloig sekilas mengkhwatirkan meski bukan baru kali ini terjadi. Mekanisasi pada era rvolusi industir di bidang pertanian, misalnya, menggantikan tenaga manusia dengan traktor. Begitu juga kali ini, peran tenaga manusia sebagai operator digantikan oleh chatbot atau self-driving car, mobil yang dapat berjalan sendiri tanpa sopir, seperti yang sudah dipersikan di Singapura. Di sana, seperti diungkapkan Ainun Najib yang berdomisili di Singapura, kendaraan tanpa sopir ini difungsikan sebagai pembawa container di belakang truk container lainnya yang dikendarai sopir. Self-driving car lainnya juga tengah dikembangkan oleh Google, Uber, Tesia, dan beberapa perusahaan lain.

Pegiat gerakan 1.000 start-up Yansen kamto mengungkapkan, implementasi kecerdasan buatan jangan dianggap mengancam matinya suatu profesi. Tantangan itu harus dijawab dengan meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia agar tenaga dan pikirannya bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih besar.

“Pekerjaan seperti teller bank atau operator tiekt jalan tol, menurut saya, sudah waktunya digantikan. Kasihan kan, orang seharian pekerjaannya itu-itu saja. Ini tantangan bagi perusahaan dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM-nya,” tutur Yansen. [*/hilariusjourney.wordpress.com |Sumber : Kompas, Minggu14 Mei 2017 |Oleh : A Fikri Ashri/M Hilmi Faiq/Franciska Romana/Sri Rejeki]

2 Comments Add yours

Leave a comment