AVONTUR PERJALANAN | SITUS Bersejarah Fujian

Setelah berkendara dengan menumpang bus seharian dan akhirnya Rabu (13/4) sore menaiki kapal feri menuju Pulau Gulangyu, di tenggara kota Xiamen, Provinsi Fujian, China, sebanyak 40 mahasiswa dari Indonesia dan China itu pun melonjak senang.

HilariusJourney.wordpress.comDI atas kapal, mereka ada yang berteriak-teriak, bersenda gurau, berswafoto, menikmati pemandangan laut dan pulau, merasakan desiran angin di tengah deru mesinkapal feri yang ditumpai hanya10 menti dari pelabuhan kapal feri Xiamen.

Ya, tak memakan waktu lama untuk sampai di Pulau Gulangyu seluas 2 km² tersebut. Begitu kaki menginjak Pulau Gulangyu, mata langsung dimanjakan dengna bangunan beraristektur colonial, taman-taman indah, pemadangan laut menyenangkan ,sederetan kafe dan restoran yagn dihias cantik dengan buang-bunga dan ornament.

Sebanyak 40 mahasiswa peserta Program Pertukaran Pemuda Indonesia-China (20 mahasiswa Indonesia dan 20 mahasiswa dari Provinsi Fujian, China) itu langsung bergegas mengikuti pemandu tur yagn membawa mereka menapai jalanan indah Pulau Gulangyu. Program ini digagas oleh Kedutaan Besar China untuk Indonesia dan bekerjasama dengan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Para mahasiswa Indonesia tesebut kini sedang berada di Provinsi Fujian dari tanggal 11 April hingga 19 April. Mereka telah mengunjungi kota Xiamen, Quanzhou, Jinjiang, dan Putian. Hari minggu ini mereka akan mengunjungi kota Wuyishan dan selanjutnya ke Kota Fuzhou.

Terkait Gulyangyu, pulau yagn dihuni sekitar 20.000 penduduk ini dikenal dengna taman-tamannya yagn indah, dan sudah ada sejak Dinasti Song. Di pulau in itak boleh ada kendaraan yagn beroperasi atau berlalu-lalang kecuali kereta khusus wisata Pulau Gulangyu.

Warga kota Xiamen pun seirng “melarikan diri” dari penatnay aktivitas harian mereka di Pulau Gulangyu. Banyak titik destinasi wisata yang bisa didatangi di pulau ini, seperti Shuzhuang Garden yang berada tepat  di pantai, lengkap dengan Museum Piano di dalamnya.

Selain Museum Piano, juga ada Museum Organ, Museum Huajiu Gulangyu, Sunlight Rock yang bisa dicapai dengan cable car, atau bisa juga menonton wayang golek (puppet show) di gedung berarsitektur colonial. Karena kecantikannya, tak mengherankan di Pulau Gulangyu, Anda bisa temui banyak calon pengantin yang melakukan pemotretan preeweeding di sini.

Menonton wayang

Setelah berjalan kaki sekitar 15 menit, para peserta program pertukran Pemuda Indonesia-China itu pun tiba di gedung pertunjukkan wayang golek dan menonton wayang tersebut pada pukul 16.30.

Seudah banyak penonton lain yang memenuhi kursi sehinga sebagian di antara mereka terpaksa berdiri, tetapi itu pun tidak menjadi masalah karena pertunjukkan wayang golek hanya berlangsung selama 20 menit.

Wayang golek itu bercerita tentang proses pengamanan Lu Junyi, seorang pahlawan Liang shan dair Dinasti Song yang diejek penjaga gerbang dan pembantu Da Ming Fu, serta masuk ke kota dengan pura-pura menjadi kelompok pertunjukkan jalanan.

Wayang-wayang golek dengna kostum beraneka warna itu pun terlihat gesit dan tangkas memainkan berbagai gerakan akrobatik. Ada yagn beraksi membawa guci di atas kepalanya, memainkan piring-piring dengn tongkat di atas kepala, bermai ntongkat, memainkan selendang merah sutra menajdi gerakan melingkar yang indah.

Penonton pun terpesona oleh aksi keterampilan tangan para pemain belakang layar yang menggunakan kedau tangannya memainkan wayagn golek tesebut. Seusai pertunjukan ,beberapa pemain meamaerkan keahliannya di hadapan penonton bagaimana cara mereka memainkan tangan untuk megnhidupkan tokoh wayang golek mereka masing-masing.

Islam di China

Tak hanya wisata alalm, di Provinsi Fujian juga terdapat situs bersejarah. Bergerak kea rah utara sejauh 68 km, dengan menumpang bus selama 1,5 jam, para peserta tiba di Kota Quanzhou.

Di Quanzho inilah Masjid AShab dibangun pada tahun 1009. Jadi, usai masjid tersebut telah lebih dari 1.000 tahun. Imam Masjid Ashab, haji Mohammad Ibrahim, menjelaskan bahwa ada 400 warga muslim di Quanzhou.

“Keluarga saya dari Provinsi Qing Hai dan warga asli China. Leluhur saya dulu Buddhist dan kemudian berpindah menajdi Muslim,” kata Ibrahim.

Dari keterangan yang ada di Quanzhou Islamic Culture Exhibit, disebutkan bahwa Islam masuk ke Quanzhou pad masa Dinasti Tang dibawa oleh para pedagang  Arab-Persia yang masuk Quanzhou via Jalan Sutera Maritim.

Pada masa Dinasti Yuan dan Song (1127-1368), pelabuhan yagn dikenal dnegna nama Quanzhou yang berarti Zaitun ini menjadi pusat perdagangan terbesar dan hub bagi pedagang Arab-Persia di Timur Jauh.

Para pedagang muslim ini pun tinggal di Quanzhou, ikut berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan menikah dengan perempuan lokal China dari suku Han. Mereka juga bisa berdagang secara bebas, termasuk mengembangkan ajaran Islam.

Selain bukti situs bersejarah masjid tua yang masih eksis hingga kini, di Quanzhou juga banyak ditemukan makam-makam Islam. Beberapa penginggalan sejarah Islam di Quanzhou dipamerkan di Quanzhou Uslamci Culture Exhibit.

Dengna ditata apik dan dilengkapi penjelaasan sejarahnya, para mahasiswa Indonesia pun makin memahami bahwa Islam pun telah masuk ke China sejak 1.000 tahun lalu. Seperti jgua Laksamana Cheng Ho yang turut menyebarkan ajaran Islam ke Nusantarar 600 tahun lalu. [*/hilariusjourney.wordpress.com |Sumber : Kompas, Minggu 16 April 2017 |Oleh : Elok Dyah Messwati]

#Jalanan di Pulau Gulangyu bebas kendaraan bermotor.

#Para peserta program Pertukaran Pemuda Indonesia-China menyimak keterangan petugas Quanzhou Islamic Culture Exhibit.

#Pertunjukkan wayagn golek di Pulau Gulangyu.

#Pulau gulangyu banyak didatangi calon penganti untuk melakukan pemotretan pre-wedding

 

Leave a comment