KARANG BIRU DI ANAMBAS

#Karang biru di perairan Pulau Jemaja, salah satu pulau di Anambas, Kepulauan Riau. Dari 4,6 juta hektar perairan Anambas, 1,2 juta hektar ditetapkan sebagai taman nasional perairan.

Di bawah permukaan laut sejernih kristal dan setenang telaga, terhampar karang aneka warna. Biru, merah muda, sampai coklat siap menanti untuk dinikmati di perairan Anambas, Kepulauan Riau.

HilariusJourney.WordPress.comTIDAK perlu pandai berenang untuk melihat karang aneka warna itu. Cukup masuk laut dengan kedalaman kurang dari 2 meter, karang-karang itu sudah menanti di dasar laut berpasir halus dan bersih. Bila khawatir, bisa memakai pelampung dan berenang sambil berpegangan pada tali yang diikat di perahu. Dengan pelampung, pelancong bisa tetap mengapung, tidak tenggelam, atau tanpa sengaja menyentuh karang. Terumbu karang memang sensitif dan sebaiknya tidak disentuh, apalagi diinjak. Setiap sentimeter terumbu karang butuh puluhan tahun untuk tumbuh. Karang yang bisa dilihat saat ini boleh jadi berusia lebih tua dari Republik Indonesia. Cara terbaik menikmati keindahan terumbu karang memang berenang ke bawah permukaan laut lalu melihat dari jarak paling dekat 1 meter. Jarak itu ditimbang aman. Pelancong tidak perlu khawatir tidak sengaja mengenai terumbu bila tubuhnya terseret arus. ”Dari atas, laut tampak tenang sekali. Waktu masuk (ke bawah permukaan), arusnya lumayan deras. Bolak-balik terseret dan hampir kena karang. Di Bali saja tidak ada hamparan sebagus ini kalau dekat-dekat pantai,” ujar Risti, wisatawan asal Negara, Bali. Selain karang, Risti juga terkesan dengan sebaran pulau di Anambas. Ada 255 pulau di kabupaten terdepan Indonesia di Laut China Selatan itu. Dari setiap pulau, pelancong hanya perlu masuk air mulai dari jarak 5 meter dari pantai untuk melihat karang-karang itu. Tidak semua perairan Indonesia ada terumbu karang biru. Perairan Anambas termasuk tempat untuk melihat terumbu karang biru yang dilewati aneka ikan warna-warni.

Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau

Taman nasional perairan

Dengan kekayaan itu, wajar Anambas ditetapkan sebagai salah satu taman nasional perairan (TNP). Dari 4,6 juta hektar wilayah lautnya, 1,2 juta hektar ditetapkan sebagai TNP. Perairan Anambas merupakan TNP terluas kedua di Indonesia setelah TNP Sawu yang luasnya 3,5 juta hektar. Kondisi geografis Anambas amat menunjang untuk TNP yang salah satu tujuannya untuk menjaga kelestarian laut. Penduduk Anambas tidak sampai 50.000 orang dan tersebar di 26 pulau. Pulau terpadat, Siantan, dihuni tidak sampai 30.000 orang. Sisanya tersebar di 25 pulau lain. Bahkan, ada pulau yang hanya dihuni lima orang. Adapun 224 pulau lain kosong sejak dulu sampai sekarang. Penduduk sedikit dan tersebar menjadi salah satu faktor penyebab keindahan alam terjaga. ”Ada juga sih terumbu karang yang rusak. Kemarin saya lihat ada rombongan wisatawan berdiri di atas gugusan karang mati. Saya jengkel sekali, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa,” ujar Susanto, pelancong asal Jakarta.

Waktu

Masa terbaik untuk melihat terumbu karang di perairan Anambas terbentang dari April sampai Mei. Pada periode itu, laut tenang dan angin tidak kencang. Pada Oktober sampai awal Maret, seluruh Kepulauan Riau dilanda musim utara. Musim itu ditandai angin kencang, ombak tinggi, kerap hujan. Akibatnya, susah menyelam atau berenang. Sementara pada April sampai akhir Mei, laut lebih tenang. Arus tidak kencang, aman untuk menyelam atau berenang. Di Anambas, amat penting memperhatikan kondisi laut. Anambas berhadapan dengan Laut China Selatan yang mengirimkan ombak tinggi dan angin kencang setiap Oktober sampai awal Maret. Terbawa arus di Anambas bisa hanyut sampai ke mana-mana.

Transportasi

Alasan lain untuk memperhatikan laut adalah perjalanan ke Anambas. Untuk melihat terumbu karang biru di perairan Anambas, perjalanan bisa dimulai dari Tanjung Pinang, ibu kota Kepulauan Riau. Dari sana, ada pesawat setiap Rabu, kapal cepat dua hari sekali, dan kapal besar setiap 10 hari. Pesawat berkapasitas 12 penumpang terbang menuju bandara di Pulau Jemaja. Sementara itu, kapal cepat berkapasitas 180 orang menuju Jemaja dan Siantan. Satu pulau besar lain, Palmatak, tidak disinggahi kapal cepat. Ada pula kapal besar berkapasitas lebih dari 1.000 orang. Kapal itu butuh hingga 30 jam untuk mencapai Siantan. Kapal-kapal besar singgah rata-rata setiap 10 hari sekali. Naik kapal saat angin kencang bisa membuat mabuk laut. Rencana pelesiran bisa terganggu karena badan lemas setelah terlalu banyak muntah di kapal. Kapal besar berbobot ribuan ton saja goyang, apalagi perahu berbobot 10 ton. Padahal, transportasi antarpulau atau dari pantai ke pantai Anambas mengandalkan perahu. Tidak ada pilihan selain naik perahu bila ingin menuju hamparan terumbu karang Anambas. Harga sewa perahu tergantung ukuran dan kesepakatan dengan pemiliknya. Pertimbangannya antara lain jarak dari Jemaja atau Siantan menuju lokasi yang dituju. Butuh usaha tidak sedikit untuk mencapai Anambas. Namun, semua akan setimpal begitu badan masuk air dan mata melihat karang biru yang dijelajahi ikan aneka jenis dan warna..[*/hilariusjourney.wordpress.com |Sumber : Kompas, Jumat, 31 Maret 2017, halaman 24 | Oleh : KRIS RAZIANTO MADA]

Leave a comment